Menyicil Meraih Mimpi: Mengurus Paspor di Kantor Imigrasi

Beberapa waktu lalu saya bertekad kuat untuk segera memiliki paspor sendiri. Alasan terbesarnya adalah menyicil mewujudkan mimpi. Terlalu banyak mimpi saya yang terkait dengan luar negeri, dan saya yakin senjata pertama yang harus saya miliki adalah paspor.

Suami saya yang telah lebih dahulu mengurus paspor sudah memberikan kisi-kisi langkah yang harus saya lakukan. Bedanya, suami saya mengurusnya di kantor imigrasi Jakarta, sedangkan saya sekarang harus mengurusnya di kantor imigrasi Semarang. Meskipun prosedur operasional standart dirjen imigrasi secara aturan adalah sama. Saat itu kami belum tahu apakah pelaksanaannya bakalan sama atau tidak. Pesan suami saya adalah: siapkan mental untuk keadaan yang mungkin berbeda dengan apa yang ia dapatkan di Jakarta. Oke, pesan itulah yang sekarang juga saya pesankan ke teman-teman yang akan mengurus paspor di wilayah masing-masing. Hehe

Baca lebih lanjut

Sukses Menyapih dengan Cinta: Bukan Menyapih Biasa (Bag. Akhir)

Tak habis-habisnya rasa syukur terpanjat saat hari ini datang pada akhirnya. Hari dimana Hanif (31 bulan) dan ibunya akhirnya berhasil menaklukkan tantangan terbesar delapan bulan terakhir. Menyapih Hanif. Hari ini, 13 Juli 2013 bertepatan dengan 4 Ramadhan 1434 H.

Penyapihan Hanif adalah sebuah proses panjang, bahkan sejak Hanif berusia 12 bulan. Terlebih, kami memilih metode yang masih belum umum di masyarakat, yaitu metode menyapih dengan cinta (weaning with love). Bahkan, blog ini sampai perlu menulis 2 episode saat menceritakan perjalanan penyapihan Hanif (baca: Menyapih dengan Cinta: Bukan Menyapih Biasa). Sekarang, ini adalah episode ketiga yang semoga menjadi episode penutupnya.

Baca lebih lanjut

Tips Toilet Training Bersama Papan Bintang: Seru!

Usia 30 bulan-nya Hanif saya catat sebagai usia lejitan untuk berbagai tonggak perkembangan Hanif, salah satunya kemandiriannya dalam bebas-popok.

Meskipun sejak usia 18 bulan ia sudah belajar pergi ke toilet untuk buang air kecil dan buang air besar, catatan saya menunjukkan kemampuannya yang masih labil. Jika mood-nya baik, maka ia akan tertib ke toilet saat kebelet. Tapi jika ia sedang ayik bermain atau saat tertidur lelap, Hanif seringkali memilih tetap dalam posisi nyamannya dan terjadilah “kecelakaan” yang menguji kesabaran ibunya.  Tak heran, sampai menjelang usia 30 bulan itu, Hanif masih sering mengenakan clodi-nya alias popok kainnya ke manapun ia pergi.

Baca lebih lanjut